CeritaBahasa Arab Tentang Pasar dan Artinya. Assalamualaikum sahabat pecinta bahasa Arab, pada kesempatan kali ini Admin akan membagikan karangan bahasa Arab tentang pasar. Sebagai pelajar bahasa Arab mesti mahir membuat insya atau karangan dalam bahasa Arab, karena salah satu tolak ukur keberhasilan pembelajaran bahasa Arab khususnya dalam Ilmu kalam merupakan disiplin ilmu yang mengedepankan pembicaraan tentang persoalan-persoalan kalam tuhan. Persoalan-persoalan kalam ini biasanya mengarah pada perbincangan yang mendalam dengan dasar-dasar argumentasi, baik rasional aqliyah maupun rasional yang dimaksud disini adalah landasan pemahaman yang cenderung menggunakan metode berpikir filosofis. Pada ilmu kalam ditemukan pembahasan iman defenisi dan manifestasi serta batasannya. Adapun pada ilmu tasawuf ditemukan pembahasan jalan atau metode praktis untuk merasakan keyakinan dan ketentraman, serta upaya menyelamatkan diri dari kemunafikan. Sememtara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memproleh kebenaran rasional. Metode yang digunakanpun adalah metode rasional. Baik ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran. Ilmu kalam, dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran tentang tuhan dan yang berkaitan dengannya. Sedangkan metode pembahasan filsafat tidak dilandasi oleh apapun, yang penelitiannya diarahkan dengan menggunakan rasio untuk membuktikan kebenaran sesuatu yang dituntut oleh dali-dalil yang mereka cari, proses penelitian ini dilakukan secara bertahap hingga sampai pada suatu kesimpulan yang diyakini kebenarannya. Sementara itu, ilmu kalam dan tasawuf mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk mengetahui / mengenal Allah dengan dalil-dalil yang pasti, akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut kedua ilmu ini mempergunakan metode yang berbeda. upaya mencapai tujuan tersebut ilmu kalam mempergunakan dalil-dalil yamg bersifat rasional sedangkan tasawuf lebih menitik beratkan pada perasaan batin dan intuisi, serta tasawuf juga dengan metodenya yang tipikal berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan dengan perjalanan spiritual menuju Allah. Dalam makalah ini, masalah-masalah yang diuraikan adalah pengertian ilmu kalam dalam pembagian B. Rumusan Masalah
· dalam pembelajaran bahasa arab sebagai bahasa asing pertama yang diperkenalkan kepada siswa, guru adalah model yang ditiru siswa dalam menggunakan bahasa arab. A short summary of this paper. Buku profesi pendidikan dan kependidikan. Daftar Nama Nama Pekerjaan Dalam Bahasa Arab Dan Artinya Youtube from i.ytimg.com
ArticlePDF Available Abstract and FiguresLiteracy is a tool of communication which could help people to know the natural surroundings without any real experience, but they could know the events of the past. As a relic, the literacy cannot be ignored. For example, the literacy of Arabic-Malay is a tool to write Malay language for the people who live in the archipelago. With the help of the Arab-Malay literacy, Moslem sholars, kiais, and teachers are able to produce real works that characterizes the traditional writing of citizens. The works of the past people implemented in Arabic-Malay and Malay are called Malay manuscripts. The number of Malay manuscripts is innumerable and has been saved by 28 countries in the world. The Malay manuscripts will not contribute to society nowadays if they are not read and the people do not understand their contents. Therefore, it is important to do a research for the existence of the Arab-Malay literacy in the archipelago. Moreover, the deep research is needed to know its role to read the Malay manuscripts which are ones of the intellectual treasures of the archipelago till the manuscripts can be understood by the people now. It is very necessary to do because the Arab-Malay literacy as a part of the archipelago culture has been "forgotten" for a long time. In studying the Arabic-Malay literacy existence and its role, the writer prefers using literatures. It means that this article focuses on library research because the analysis is directed to the books and writings related to the discussion. Content may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Aksara Arab-Melayu di Nusantara dan Sumbangsihnya dalam Pengembangan Khazanah IntelektualEllya Roza*Universitas Islam Negeri UIN Sultan Syarif Kasim, Riau. Email ellya_roza AbstractLiteracy is a tool of communication which could help people to know the natural surroundings without any real experience, but they could know the events of the past. As a relic, the literacy cannot be ignored. For example, the literacy of Arabic-Malay is a tool to write Malay language for the people who live in the archipelago. With the help of the Arab-Malay literacy, Moslem sholars, kiais, and teachers are able to produce real works that characterizes the traditional writing of citizens. The works of the past people implemented in Arabic-Malay and Malay are called Malay manuscripts. The number of Malay manuscripts is innumerable and has been saved by 28 countries in the world. The Malay manuscripts will not contribute to society nowadays if they are not read and the people do not understand their contents. Therefore, it is important to do a research for the existence of the Arab-Malay literacy in the archipelago. Moreover, the deep research is needed to know its role to read the Malay manuscripts which are ones of the intellectual treasures of the archipelago till the manuscripts can be understood by the people now. It is very necessary to do because the Arab-Malay literacy as a part of the archipelago culture has been “forgotten” for a long time. In studying the Arabic-Malay literacy existence and its role, the writer prefers using literatures. It means that this article focuses on library research because the analysis is directed to the books and writings related to the discussion. Keywords Literacy, Arabic-Malay, History, Malay Manuscripts, at 13, No. 1, Mei 2017, 177-204* Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska Riau, Jl. Subrantas KM. 15, Rimba Panjang, Tambang, Rimba Panjang, Tambang, Kota Pekanbaru, Riau 28293. Phone +62761 562223. Ellya Roza178Jurnal TSAQAFAHAbstrakAksara adalah alat komunikasi, baik lisan maupun tulisan. Dengan adanya aksara, manusia dapat mengetahui alam sekitarnya tanpa mengalaminya secara nyata. Bahkan manusia dapat mengetahui peristiwa-peristiwa masa lalu meskipun sudah berjarak tempuh jauh ke belakang. Aksara sebagai peninggalan masyarakat zaman lampau tidak dapat diabaikan keberadaannya. Misalnya aksara Arab-Melayu yang menjadi sarana untuk menuliskan Bahasa Melayu oleh masyarakat yang mendiami Nusantara. Dengan adanya aksara Arab-Melayu, para ulama, kiai, dan guru dapat menghasilkan karya nyata yang menjadi ciri khas penulisan tradisional masyarakat. Hasil karya masyarakat masa lalu yang terimplementasi pada aksara Arab-Melayu dan berbahasa Melayu disebut dengan naskah Melayu. Jumlah naskah Melayu tidak terhitung banyaknya dan telah disimpan oleh 28 negara di dunia ini. Naskah Melayu tidak akan memberikan kontribusi kepada masyarakat sekarang apabila tidak dibaca dan tidak dipahami kandungan isinya. Sehubungan dengan itu, maka dilakukanlah kajian tentang sejarah keberadaan aksara Arab-Melayu di Nusantara. Selain itu, dikaji pula fungsi aksara tersebut dalam membaca naskah-naskah Melayu yang merupakan salah satu khazanah intelektual Nusantara sehingga khazanah intelektual tersebut dapat dimengerti oleh masyarakat sekarang. Hal ini sangat diperlukan karena peranan aksara Arab-Melayu sebagai bagian kebudayaan Nusantara sudah lama “dilupakan”. Dalam mengkaji keberadaan aksara Arab-Melayu dan peranannya, pemanfaatan kepustakaan lebih diutamakan artinya tulisan ini terfokus kepada “library research” sebab analisis diarahkan kepada buku-buku dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan pembahasan. Kata Kunci Aksara, Arab-Melayu, Sejarah, Naskah Melayu, berguna untuk menuliskan sesuatu atau berbagai ide dan gagasan yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang agar dapat diketahui oleh orang atau kelompok lain. Artinya aksara merupakan salah satu perwujudan dari bahasa manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia karena interaksi masyarakat akan tidak berarti jika tidak diiringi dengan bahasa. Pentingnya keberadaan bahasa bagi umat manusia tergambar pada pembelajaran pertama yang diterima oleh Adam. Artinya, bahasa sama usianya dengan sejarah umat manusia itu Aksara Arab-Melayu di Nusantara dan Sumbangsihnya dalam Pengembangan... 179Vol. 13, No. 1, Mei 2017sendiri, bahasa hadir bersamaan dengan sejarah sosial komunitas-komunitas yang dalam pengertian modern disebut masyarakat atau bangsa. Oleh karena itu pemahaman mengenai bahasa menjadi hal pokok bagi manusia karena bahasa adalah akar daripada suatu kehidupan dalam kegiatan sosial yang dilakukan manusia sebagai makhluk yang berakal dan berilmu. Sudah menjadi kesepakatan semua pihak bahwa bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang terpenting dalam kehidupan manusia, baik yang berupa lisan maupun tulisan. Bahasa lisan mengandung bahasa isyarat dan kata-kata yang digunakan untuk komunikasi langsung antara manusia dengan manusia dan antara manusia dengan makhluk lainnya. Sedangkan bahasa tulisan sudah barang tentu bahasa yang ditulis pada suatu wadah yang digunakan manusia untuk komunikasi berjarak. Melalui bahasa tulis ini manusia dapat mengetahui alam sekitarnya tanpa mengalaminya secara nyata. Dengan bahasa manusia dapat mengetahui peristiwa-peristiwa masa lalu. Artinya, bahasa menjadi penghubung masa lalu dan masa sekarang. Sebagai unsur kebudayaan, bahasa adalah alat mengomunikasikan adat-istiadat. Bahasa lisan akan terwujud dalam tulisan atau aksara, dan inilah yang menjadi penyalur informasi bagi umat yang datang setelahnya. Salah satu tulisan yang banyak memberi informasi dan pengetahuan bagi masyarakat Nusantara adalah aksara Arab-Melayu. Dalam tradisi masyarakat Nusantara, aksara Arab-Melayu digunakan untuk menuliskan berbagai hal fenomena kehidupannya sehingga menghasilkan karya nyata yang menjadi ciri khas kepada penulisan tradisional masyarakat di Alam Melayu. Hasil karya masyarakat Melayu pada masa lalu dalam bentuk tulisan Arab-Melayu yang menggunakan bahasa Melayu disebut dengan naskah Melayu. Jumlah naskah Melayu tidak terhitung banyaknya karena penelusuran tentangnya masih saja dilakukan di berbagai daerah di Nusantara Naskah Melayu tidak akan memberikan kontribusi kepada masyarakat sekarang apabila tidak dibaca dan tidak dipahami kandungan isinya. Sehubungan dengan itu artikel ini akan mengkaji sejarah keberadaan aksara Arab-Melayu sehingga wujud dan berkembang di Nusantara. Selain itu, dikaji pula peranan yang dilakoni aksara tersebut terutama dalam membaca naskah-naskah Melayu yang merupakan salah satu khazanah intelektual Nusantara. Hal ini sangat diperlukan karena 1 Ellya Roza, Naskah Melayu, Pekanbaru Yayasan Pusaka Riau, 2010, 2. Ellya Roza180Jurnal TSAQAFAHperanan aksara Arab-Melayu huruf Jawi sebagai bagian kebudayaan Nusantara sudah lama “dilupakan”. Apabila hal ini dibiarkan terus dan tidak dipelajari, tentu akan merugikan bangsa Indonesia khususnya dan Nusantara pada umumnya, sebab pemahaman terhadap aksara Arab-Melayu berperan dalam membaca naskah-naskah Melayu yang telah ditulis oleh para ulama Nusantara. Untuk mencari jawaban dari permasalahan tersebut, maka diperlukan sebuah metodologi yang tepat. Pentingnya hal itu karena akan memberikan kejelasan, apa dan bagaimana metode penelitian harus dioperasikan terhadap sesuatu bidang Kajian ini lebih condong menggunakan library riset, karena analisisnya diarahkan kepada buku-buku dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan pembahasan. Kemudian untuk menganalisis digunakan dua pendekatan, yakni gabungan pendekatan kualitatif dan Gabungan ini dilakukan dengan harapan dapat memperkaya data dan lebih memahami permasalahan yang Artinya tulisan ini menghasilkan sebuah pemahaman baru dengan menggunakan konten analisis tentang aksara Arab-Melayu di Nusantara dan peranannya dalam membaca naskah-naskah Melayu sebagai khazanah Aksara atau TulisanAksara adalah lambang bunyi atau Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, aksara adalah sistem tanda gras yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dan sedikit banyaknya mewakili Istilah lain untuk menyebut aksara adalah huruf atau abjad dalam bahasa Arab yang dimengerti sebagai lambang bunyi fonem. Aksara dikenal juga dengan “sistem tulisan”. Pada perkembangannya, aksara mengandung arti suatu sistem simbol visual yang tertera pada kertas maupun media lainnya, seperti batu, pohon, kayu, kain untuk mengungkapkan unsur-unsur yang ekspresif dalam suatu bahasa. Aksara secara etimogis berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu akar kata “a-” yang berarti “tidak” dan “kshara” berarti “termusnahkan”. 2 Baca Suwardi Endaswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Budaya, Yogyakarta Pustaka Widyatama, 2006.3 Jacob Vredenbregt, Metode dan Teknik Penelitian, Jakarta Gramedia, 1983, Gilbert J. Garraghan, A Guide to Historical Method, New York Fordham University Press, 1963, Tim Penulis, Ensiklopedi Indonesia, Jakarta Ichtiar Baru-Van Hoeve, 1980, Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta Balai Pustaka, 2008, 21. Aksara Arab-Melayu di Nusantara dan Sumbangsihnya dalam Pengembangan... 181Vol. 13, No. 1, Mei 2017Jadi, aksara adalah sesuatu yang tidak termusnahkan, kekal, atau langgeng. Dikatakan sebagai sesuatu yang kekal, karena peranan aksara dalam mendokumentasikan dan mengabadikan suatu peristiwa dalam bentuk tulisan. Dalam Ensiklopedi Indonesia dicatatkan bahwa aksara dibagi empat jenis, yakni 1 piktograk, misalnya huruf-huruf hieroglif Mesir dan aksara Tiongkok purba; 2 ideograk, misalnya aksara Tiongkok kemudian yang coretannya tak dapat lagi dilihat melukiskan sebuah benda konkret; 3 silabik, yang menggambarkan suku-suku kata, misalnya aksara Pallawa, Devanagari, Jawa, Arab, Katakana, dan Hiragana Jepang; dan 4 fonetik, misalnya aksara Latin, Yunani, Cyrilic Rusia dan Gothik, jenis aksara di atas, maka dapat dikatakan bahwa kehidupan manusia tidak tinggal menetap di satu tempat saja, akan tetapi mengembara dan berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam pengembarannya, mereka akan meninggalkan pesan atau berita kepada seseorang atau sekelompok manusia lainnya dengan memberi tanda pada berbagai tempat yang ada di sekitarnya, seperti batu, pohon, lempengan, serta bahan lainnya yang dapat ditulisi. Seperti itulah komunikasi awal manusia dengan manusia lainnya. Artinya, tulisan yang dipahat tersebut merupakan tulisan atau bahasa awal manusia untuk berkomunikasi kepada manusia lain. Bentuk tulisan yang menggunakan gambar atau tanda ini mulai ada pada masa proto atau zaman zaman purba berlalu, muncul bentuk tulisan yang kedua, yakni tulisan yang mengungkapkan gagasan atau cerita dalam bentuk gambar. Tulisan tersebut dikenal dengan istilah ideogra yang diawali oleh bangsa Aztek. Kaum Aztek adalah orang Amerika Tengah yang kaya dengan warisan kebudayaan. Kaum Aztek juga menyebut diri mereka sebagai Mehika atau Meshika atau Mexica yang terletak di Amerika Tengah. Sedangkan di Indonesia, pada zaman ini muncul tulisan ideogra yang disebut dengan relief. Relief ini banyak dumpai pada candi-candi yang ada di Indonesia seperti Prambanan, Borobudur, dan candi lainnya. Bentuk tulisan yang ketiga adalah tulisan dalam bentuk huruf paku. Huruf paku ini adalah milik bangsa Sumeria, yakni bangsa yang hidup sekitar 3200 SM di Mesopotamia, sekarang berada di Irak selatan, dekat Teluk Persia. Dari huruf paku inilah cikal bakal kelahiran 7 Tim Penulis, Ensiklopedi Indonesia, 133. Ellya Roza182Jurnal TSAQAFAHtulisan-tulisan pertama yang berkembang di dunia. Tulisan Sumeria ini ada yang menyebutnya dengan “cuneiform”. 8Jenis tulisan lain yang berkembang pada masa ini adalah logograf Cina. Di samping itu, orang Mesir yakni masyarakat yang mendiami Lembah Sungai Nil mulai pula menggunakan tulisan yang di sebut hieroglif. Huruf ini merupakan sistem tulisan formal yang terdiri dari kombinasi elemen logograf dan alfabet dengan 700 gambar dan lambang tulisan yang menyerupai gambar Hieroglif berasal dari bahasa Yunani “hieros”, artinya “keramat/suci, dan “glyphos” artinya “ukiran/pahatan”. Dengan demikian hieroglif artinya “tulisan/ukiran keramat” atau “tulisan/ukiran suci”. Hieroglif kemudian berkembang menjadi 1 hieratik digunakan oleh kalangan pendeta Mesir kuno dan 2 demotik, bentuknya lebih sederhana dan digunakan oleh orang biasa. Pada zaman yang hampir bersamaan, di India bagian Utara muncul tulisan sanskerta atau yang disebut juga dengan tulisan Dewanagari berasal dari kata bahasa Sanskerta “devanāgarī” yang bermakna “kota dewa”. Sementara itu di Indonesia berkembang pula tulisan Jawa yang sekarang masih digunakan oleh suku Jawa. Abjad dan tulisannya terkenal dengan nama huruf hanacaraka. Tulisan Bali pun berkembang yang hampir mirip dengan tulisan Jawa dalam bentuk dan cara penulisannya. Selanjutnya, tulisan juga berkembang di kawasan Punesia yang sekarang kita kenal dengan nama Lebanon dan Suriah, yaitu dikenal dengan abjad Punesia yang terdiri dari 22 huruf dan yang ada hanya huruf mati saja konsonan. Demikian pula dikarenakan adanya pengaruh penggunaan huruf paku dari bangsa Sumeria yang 8 Cuneiform/ kuneiform adalah salah satu jenis tulisan kuno berbentuk paku yang dituliskan di atas lempengan tanah liat. Kata “cuneiform “ berasal dari bahasa Latin, cuneus yang berarti paku dan form yang berarti bentuk. Pada praktiknya yang paling awal, kuneiform diduga digunakan untuk pembukuan di istana atau kuil di daerah Sumer. Selain itu, tulisan ini juga digunakan juga untuk aktivitas perdagangan. Dari Sumer, kuneiform kemudian berkembang ke Akkad daerah di sebelah Utara Sumer. Dari sinilah, kuneiform berkembang dalam bahasa Akkad dan digunakan secara luas di daerah Timur Tengah Kuno. 9 Sekitar tahun SM orang Mesir Kuno sudah membuat 22 bentuk hieroglif sebagai bentuk konsonan, dan yang ke-23 nya adalah huruf vokalnya. Gambar-gambar itu disebut huruf Meroitik. 10 Di Indonesia banyak ditemukan prasasti yang berhuruf Dewanagari dan Pallawa. Kedua aksara ini berasal dari India. Pengaruh India memang begitu kuat di Indonesia pada awal abad Masehi. Aksara Arab-Melayu di Nusantara dan Sumbangsihnya dalam Pengembangan... 183Vol. 13, No. 1, Mei 2017kemudian diadopsi oleh bangsa Babilonia dan huruf hieroglif dari bangsa Mesir Kuno, maka bangsa yang tinggal di Palestina Kanaan dan Semenanjung Arab mulai mengembangkan tulisan baru yang disebut huruf Semitik. Pada mulanya huruf Semitik hanya terdiri atas konsonan, tetapi kemudian ditambahkan tanda baca untuk membentuk bunyi vokal. Salah satu bahasa Semitik Kuno yang masih serumpun dengan bahasa Ibrani adalah bahasa yang digunakan oleh orang Aram. Bahasa Aram digunakan khususnya dari milenium kedua SM sampai kira-kira tahun 500 M. Bahasa Aram yang dahulunya disebut bahasa Khaldea termasuk dalam keluarga bahasa Semitik Barat Laut. Walaupun agak berbeda dengan bahasa Ibrani, bahasa Aram yang berkerabat ini mempunyai huruf-huruf yang sama namanya dengan huruf-huruf dalam bahasa Ibrani. Seperti bahasa Ibrani, bahasa Aram ditulis dari kanan ke kiri. Dalam bahasa Aram terdapat berbagai nama tempat dan nama diri yang berasal dari bahasa Ibrani, bahasa Akkadia, dan bahasa Persia. Pengaruh bahasa Ibrani dalam istilah keagamaan, pengaruh bahasa Akkadia dalam istilah politik, sedangkan pengaruh bahasa Persia dalam istilah yang berkaitan dengan urusan hukum. Huruf Semitik jumlahnya sekitar 30 huruf dan menjadi dasar terbentuknya huruf Ibrani Kuno, Yunani Kuno, Roman, dan Arab. Huruf Semitik mulai digunakan sekitar tahun 1700-1500 SM. Dari beberapa abjad Punesia ini oleh orang Yunani diubah menjadi huruf hidup vokal. Di samping abjad Punesia di Suriah berkembang juga tulisan Arab11 dengan gaya khusus Suriah. Bahasa Arab merupakan salah satu rumpun bahasa Semit Selatan, sedangkan bahasa Semit adalah bahasa yang berakar dari bahasa yang dipakai oleh keturunan Nabi Dalam hal mengkaji sejarah bahasa Arab sebelum datangnya agama Masehi abad kesatu Masehi, para ahli belum memperoleh gambaran apapun mengenai bahasa Arab, karena saat itu belum adanya prasasti atau peninggalan yang dapat diperoleh sebagai bukti munculnya bahasa Arab. Sejarah bahasa Arab terungkap dengan ditemukannya ukiran-ukiran tulisan yang bernama “al-Nimarah” di dekat kota Damaskus 11 Bangsa Arab adalah salah satu dari suku bangsa Semitik yang mayoritas adalah penduduk di Dunia Arab, baik di Timur Tengah maupun Afrika Utara serta sebagian minoritas penduduk di Iran, Turki serta komunitas diaspora lainnya di berbagai negara. Secara politis, orang Arab adalah mereka yang berbahasa ibu Arab dan berayah keturunan Arab pula. Selain di Iran dan Turki, juga terdapat sejumlah besar diaspora Arab di Amerika dan Jurji Zaidan, Târîkh al-Adab al-Arabiyyah, Lebanon Dâr al-Maârif, 1943, 32-33. Ellya Roza184Jurnal TSAQAFAHyang berangka tahun 328 M. Namun yang tertulis pada ukiran tersebut hanyalah nama-nama orang saja. Ada sebagian sejarawan mengatakan bahwa untuk menentukan asal-usul dan kapan dimulainya bahasa Arab, kiranya cukup berpedoman kepada teks-teks dari sastra Jahiliyah yang tidak diragukan kebenarannya untuk menjelaskan keadaan-keadaan bahasa Arab sebelum datangnya agama kedua pendapat tersebut di atas, tentang asal usul bahasa Arab tersebut sebenarnya tidak terlalu berbeda. Adapun pendapat yang menjadikan ukiran al-Nimarah yang berangka tahun 328 M dan pendapat yang menjadikan teks-teks Jahiliyah sebagai patokan awal adanya atau dimulainya bahasa Arab adalah sama atau berdekatan tahunnya. Eksistensi ukiran al-Nimarah bertanda tahun 328 M, sedangkan Nabi Muhammad SAW telah dilahirkan tahun 571 M, dan syair-syair Jahiliyah, pengarangnya hidup antara abad ke 5 dan ke 6 M. Dengan demikian, perbedaan tahun tidak perlu lagi dipermasalahkan. Yang tinggal hanya perbedaan tentang keberadaan ukiran al-Nimarah sebagai prasasti yang menunjukkan telah adanya bahasa Arab pada saat itu. Masyarakat Semenanjung Arab sejak dahulu sudah terbagi ke dalam beberapa kabilah, suku, bani, atau garis keturunan. Masing-masing dari mereka itu sangat menonjolkan tradisi, membanggakan suku, sangat fanatik, termasuk bersaing dalam logat dan dialek bahasa antara kabilah-kabilah yang ada. Kondisi seperti itu berlangsung cukup lama sampai menjelang datangnya agama Islam. Namun sejak mereka berkepentingan untuk lebih banyak berkomunikasi di musim-musim haji dan juga melaksanakan festival di Ukaz dan Zulmajaz, maka mereka mulai merasakan keperluan adanya bahasa untuk saling mengerti bagi komunikasi semua kabilah. Oleh karena itu, dalam festival tersebut mereka harus menjauhkan atau mengurangi ciri-ciri lokal yang berkenaan dengan dialek. Mereka berusaha untuk menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh semua pihak. Festival bersyair yang diikuti oleh berbagai suku yang beraneka ragam dialek merupakan kegiatan yang paling populer dan menonjol bagi bangsa Dengan keadaan yang demikian maka semakin kuatlah keinginan untuk mencari solusi dari perbedaan bahasa dan dialek tersebut. Dan pada akhirnya, terbentuklah suatu bahasa Arab 13 Ibid. Pembahasan ini juga terdapat pada tulisan Ismail Dai, al-Adab wa al-Nus}ûs} al-Arabiyyah, Lebanon Dâr al-Maârif, 1943, 22-23. Aksara Arab-Melayu di Nusantara dan Sumbangsihnya dalam Pengembangan... 185Vol. 13, No. 1, Mei 2017kesusastraan yang menjadi bahasa Arab standar tersebut berasal dari dialek Quraisy yang disempurnakan oleh dialek suku-suku lain. Dadikannya dialek suku Quraisy sebagai standar karena Mekkah, yang menjadi basis tinggal mereka, menjadi pusat kegiatan ibadah haji. Dalam perkembangan selanjutnya bahasa standar tersebut menjadi bahasa sastra Jahiliyah sekaligus menjadi bahasa yang digunakan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat Arab. Pesatnya perkembangan bahasa standar tersebut disebabkan oleh munculnya para ahli dan para genius dari tiap-tiap kabilah yang mampu berbicara dengan fasih serta mampu menyusun syair-syair dalam sistematika bahasa yang Aksara Arab-MelayuAksara Arab-Melayu adalah aksara Arab yang berkolaborasi dengan bahasa Melayu dengan beberapa penyesuaian dan tambahan huruf. Artinya aksara Arab-Melayu merupakan campuran aksara Arab yang terdiri dari 29 aksara yang dimulai dari “alif” sampai “ya” dan ditambah dengan lima aksara yang bukan aksara Arab, melainkan aksara yang diciptakan oleh orang Melayu sendiri. Penambahan aksara tersebut digunakan untuk variasi menjawab keperluan fonem Melayu yang lebih banyak dibandingkan fonem Arab itu sendiri. Aksara tambahan itu ialah “ca” , “nga” , “pa” , “ga” , dan “nya” . Bentuk tempat aksaranya sama dengan aksara Arab namun ditambahkan dengan beberapa titik sebagai pembeda bunyi dan fungsinya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ikram, bahwa dikarenakan sistem fonologi bahasa Melayu tidak sama dengan sistem fonologi bahasa Arab, maka digunakan bantuan titik diakritik untuk menyatakan bunyi bahasa yang tidak ada di dalam bahasa Arab. Oleh karenanya, tidak semua huruf Arab dapat digunakan secara tepat untuk menuliskan bahasa Melayu, kecuali dengan melakukan beberapa penambahan titik dengan tidak mengubah bentuk huruf asalnya, seperti huruf Pengertian Bahasa Arab Standar dalam konteks ini adalah 1 bahasa Arab yang sampai pada dan yang digunakan oleh umat Islam dalam bentuk teks-teks klasik sastra jahiliah, 2 bahasa Arab yang dipakai oleh al-Qur’an dan hadis; dan 3 dipakai untuk menulis cabang-cabang ilmu agama, seperti kih, tafsir, ilmu kalam, dan lain-lain. Huruf Arab yang standar inilah yang digunakan oleh masyarakat Arab di mana saja berada sebagai alat berkomunikasi sesamanya termasuk para pedang Arab yang berdagang ke Achadiati Ikram, “Hikayat Sri Rama Suntingan Naskah disertai Telaah Amanat Ellya Roza186Jurnal TSAQAFAHAksara Arab yang diadopsi oleh orang Melayu untuk menuliskan bahasanya merupakan hasil daripada kreativitas orang Melayu pada zaman lampau. Selain disebut dengan nama Arab-Melayu, aksara ini juga dikenal dengan nama lain, yakni aksara Jawi. Namun sampai saat ini tidak diketahui siapa orang yang memperkenalkan istilah tersebut. Sebab apabila dicermati makna kata “jawi” memiliki arti yang beragam. Di Malaysia kata “jawi” digunakan untuk jenis beras yang berasa seperti pulut. Di Minangkabau, Riau, atau Sumatra pada umumnya, “jawi” bermakna “kerbau” atau “lembu”. Kesemua istilah ini tidak ada hubungan dan kaitannya dengan penamaan aksara Jawi. Begitu juga jika dikatakan bahwa Jawi merupakan perkataan Arab dari kelas kata ajektif terbitan dari kata nama Jawa, dengan maksud penamaan tulisan yang berkait dengan suku/orang/pulau Jawa. Hal ini tidak logis, karena Jawa sudah memiliki aksara yang digunakan untuk penulisannya jauh sebelum kedatangan agama Islam. Kemungkinan kata “jawi” berasal dari kata Arab “al-jawwah” untuk menamakan pulau Sumatra. Sebagaimana yang ditulis oleh Ibnu Batuah dalam bukunya al-Rih}lah menyebut pulau Sumatra sebagai al-Jawwah. Istilah tersebut diberikan oleh orang Arab untuk penyebutan orang Sumatra yang beragama Islam dan menggunakan bahasa Melayu. Oleh karena itulah orang Arab menyimpulkan orang Melayu dan Jawa sebagai kelompok bangsa Jawi, makanya tulisan Melayu yang menggunakan huruf Arab itupun disebut tulisan Sebagaimana yang dikatakan oleh Marsden yang mengutip pendapat Marco Polo yang mengatakan bahwa perkataan Jawi merupakan nama lain pulau Sumatra pada zaman dulu ketika penduduk pulau ini telah memeluk agama Artinya, orang Arab menggelari orang Melayu sebagai al-Jawwah yang dinisbatkan menjadi Jawwi. Selain itu juga dikarenakan, bahwa pada zaman dahulu daerah kawasan Asia Tenggara terkenal sebagai Javadwipa. Orang-orang atau penduduknya disebut dengan orang Jawa. Orang Jawa di sini bukan berarti pulau Jawa yang dikenal sebagai salah satu pulau di Indonesia. Lebih lanjut Marsden mengatakan tentang keterangan yang dibuat oleh Raffles di mana perkataan Jawi bagi orang Melayu bermakna perpaduan atau blasteran, seperti dalam ungkapan anak dan Stuktur”, Disertasi, Jakarta UI Press, 1980, Ismail Hamid, Masyarakat dan budaya Melayu, Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, 1991, 21. 17 William Marsden, The history of Sumatra, Kuala Lumpur Oxford University Press, 1966, 15. Aksara Arab-Melayu di Nusantara dan Sumbangsihnya dalam Pengembangan... 187Vol. 13, No. 1, Mei 2017Jawi’ bermakna anak blasteran antara bapak Keling dengan ibu Melayu, sehingga timbul istilah Jawi peranakan atau peranakan Sementara itu, Wilkinson berpendapat bahwa istilah Jawi maksudnya adalah Melayu, misalnya dalam ungkapan “dawikan” bermakna “terjemahkan ke dalam bahasa Melayu”. Demikian pula dalam bahasa tulis, maka maknanya “salin ke dalam bahasa Melayu”.19Berdasarkan uraian makna kata “jawi” tersebut, dapat ditegaskan bahwa yang dimaksud tulisan Arab-Melayu atau Jawi adalah bahasa Melayu yang ditulis dengan menggunakan huruf atau aksara Arab. Untuk daerah Riau, sebutan dan nama yang diistilahkan kepada aksara ini telah bersebati pada masyarakatnya sampai sekarang, yakni aksara Arab-Melayu. Bahasa MelayuKeberadaan bahasa Melayu yang berkembang di sekitar tepian pantai, selat, kuala, pulau, dan tanjung di daerah pesisir Asia Tenggara, pada awalnya hanyalah bahasa yang sangat sederhana dengan berbagai ragam dialek. Karena pergerakan interaksi dan komunikasi manusia ketika itu lebih terfokus pada daerah pesisir sebagai wilayah hunian bangsa Melayu dan selanjutnya menjadi jalur dan persinggahan perdagangan secara perlahan namun pasti, menyebabkan bahasa Melayu terpakai sebagai bahasa pergaulan dan kemudian meningkat menjadi bahasa perdagangan. Kenyataan ini semakin menunjukkan jati diri bahasa Melayu yang komunikatif ketika terbinanya jalur perdagangan antarbangsa India, Cina, Arab, dan Eropa.Sebelum kedatangan pedagang India ke Kepulauan Melayu, bahasa yang digunakan oleh masyarakat setempat dikenal sebagai bahasa Melayu Purba. Bahasa ini kemudian dinamakan bahasa Melayu Kuno setelah mendapat pengaruh India. Bahasa Melayu Kuno mencapai kegemilangannya dari abad ke-7 hingga abad ke-13 pada zaman kerajaan Sriwaya sebagai lingua franca atau bahasa resmi. Mereka yang bertutur bahasa Melayu Kuno mencakup seluruh Semenanjung Tanah Melayu, Kepulauan Riau, dan Sumatra. Bahasa Melayu Kuno diterima karena 1 bersifat sederhana dan mudah menerima pengaruh luar; 2 tidak terikat kepada perbedaan 18 Rihcard James Wilkinson, Ed., Paper on Malay Subjects, Kuala Lumpur Oxford University Press, 1971, 3. Ellya Roza188Jurnal TSAQAFAHtingkat sosial masyarakat; 3 mempunyai sistem yang lebih mudah berbanding bahasa Jawa. Bahasa Melayu Kuno banyak dipengaruhi oleh sistem bahasa Sanskerta karena kebanyakan masyarakat Melayu ketika itu beragama Hindu dan bahasa Sansekerta telah menjadi bahasa bangsawan dan mempunyai hierarki yang tinggi ketika itu. Selain itu, sifat bahasa Melayu yang mudah mengikuti keadaan juga menjadi salah satu penyebab diterima oleh masyarakat. Salah satu bukti sejarah mengenai bahasa Melayu adalah batu bersurat yang telah ada di sekitar Sumatra dan Jawa yang memperlihatkan penggunaan bahasa Melayu Kuno pada abad ke-7. Tulisan yang digunakan ialah aksara Pallawa, yaitu sejenis tulisan yang berasal dari selatan Melayu adalah bahasa yang mula-mula digunakan di suatu daerah di Sumatra bagian Timur yang kemudian disebar luaskan oleh para imigran ke daerah sekitarnya seperti jazirah Malaka, daerah Riau, Kepulauan Lingga, dan ke daerah pantai pulau-pulau lainnya. Bahasa ini sudah dipakai pada zaman Kerajaan Sriwaya sebagai bahasa resmi, tidak terbatas dalam bidang administrasi tetapi juga sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan keagamaan dan  Bahasa Melayu pada masa kejayaan Kerajaan Melayu di Malaka, Pasai, dan Aceh digunakan untuk menyusun dan menggubah karya sastra, yang dihasilkan di istana umumnya berupa sastra tulis dan yang tergolong sastra rakyat berupa sastra Pemakaian bahasa Melayu sebenarnya lebih luas lagi, yaitu semua bahasa yang dahulu atau kini dipakai di berbagai bagian Malaya, Sumatra, Kalimantan, Jakarta, dan Irian Jaya, namun bahasa Melayu yang lebih dikenal biasanya disebut bahasa Melayu Riau-Johor, karena tempat tersebut merupakan bekas Kerajaan Riau Lingga dan Dialek Riau-Johor ini derajatnya dianggap tinggi, sehingga menjadi standar yang Berikut ini dapat dilihat turunan Bahasa Melayu di Achadiati Ikram, “Sastra Lama sebagai Penunjang Pengembangan Sastra Modern”. Majalah Bahasa dan Sastra, 2 1, Jakarta Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1976, Ismail Hussein, The Study of Traditional Malay Literature with a Selected Biblioghraphy, Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, 1989, Harimukti Kridalaksana, Masa Lampau Bahasa Indonesia Sebuah Bunga Rampai, Yogyakarta Sinar Harapan, 1991, Siti Barorah Baried, Memahami Hikayat dalam Sastra Indonesia, Jakarta Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1985, 84. Lihat juga Siti Barorah Baried, dkk., Pengantar Teori Filologi, Yogyakarta UGM, 1994. Aksara Arab-Melayu di Nusantara dan Sumbangsihnya dalam Pengembangan... 189Vol. 13, No. 1, Mei 2017Gambar 1 Turunan Bahasa Melayu di NusantaraSejarah Aksara Arab-Melayu di NusantaraHuruf Arab ini mulai digunakan di Nusantara sejak masuknya agama Islam. Aksara Arab ini menggantikan aksara sebelumnya yang digunakan masyarakat Nusantara, yaitu aksara Melayu Kuno yang diperoleh dari pengaruh aksara Pallawa dari agama Hindu. Berkaitan dengan agama Hindu dan Islam yang telah memengaruhi masyarakat Melayu untuk menggunakan aksara Pallawa dan aksara Arab, bahwa dalam proses kehidupan masyarakat yang berbudaya, sepanjang sejarahnya, sejak zaman batu hingga kini, agamalah yang tampaknya menunjang segala-galanya. Maka dari segi pembudayaan masyarakat tadi, agamalah yang memegang fungsi Haji Abdullah Abdul Rahman, Asia Tenggara Tradisional Politik dan Kebudayaan, Singapura Teks Publishing Sdn. Bhd, 1985, 23. Ellya Roza190Jurnal TSAQAFAHAgama Islam sangat melekat dengan bangsa Melayu, sehingga sangat sulit untuk memisahkan keduanya. Agama Islam telah menjadi ciri orang Melayu. Ini bisa dilihat dari sikap dan perilaku orang Melayu yang ajarannya didasarkan kepada ajaran dasar Islam, yaitu al-Qur’an dan Islam telah memberikan nilai-nilai universal yang baru dan bernilai positif pada Melayu sehingga Islam dianggap sebagai komponen utama dalam budaya Demikian pula aksara yang menjadi penghubung antarmasyarakat Melayu juga bersumber dari ajaran Islam, yaitu al-Qur’ Arab yang merupakan bahasa al-Qur’an diajarkan para mubalig kepada masyarakat Melayu. Pengenalan aksara Arab kepada masyarakat Melayu melalui proses yang tidak singkat. Pada abad ke-3 H tulisan Arab telah terukir pada batu nisan di Kedah, yakni batu nisan yang bertuliskan nama Syeikh Abdul Qadir bin Husayn Syah Alam yang berangka tahun 290 H /910 M. Syeikh Abdul Qadir adalah seorang dai keturunan Persia. Penemuan batu nisan ini menjadi bukti bahwa aksara Arab yang berbahasa Arab telah ada di Nusantara pada abad ke-10 Terdapat pula beberapa prasasti lain tertanggal abad ke-5 H yang bertuliskan aksara Arab seperti yang ditemukan di Vietnam, Pahang, Bandar Sri Begawan, dan Brunei Sedangkan di Indonesia aksara Arab ditemukan di batu nisan Fatimah binti Maimun di Leran, daerah Gresik Jawa Timur, yang berangka tahun 475 H/1082 M. Batu nisan tersebut menjadi bukti kuat bahwa tulisan dan bahasa Arab telah wujud di Nusantara sejak abad ke-10 M. Adapun mengenai aksara Arab yang berbahasa Melayu, tidak dapat diketahui kapan awal keberadaannya. Namun, al-Aas mengatakan bahwa kira-kira tiga ratus tahun setelah penemuan aksara Arab yang berbahasa Arab di beberapa batu nisan, barulah ditemui bukti aksara Arab yang berbahasa Melayu. Bukti tersebut adalah sebuah batu yang bersurat di Kuala Berang Trengganu yang bertanggal pada hari Jumat 4 Rajab 702 H bersamaan 22 Februari 1303 M. Menurut al-Aas batu itu telah ditemukan oleh orang-orang kampung di situ dan dadikan sebagai tempat membasuh kaki sebelum naik ke dalam 25 Muhammad Taib Osman, Asas dan Pertumbuhan Kebudayaan Malaysia, Kuala Lumpur Kementerian Kebudayaan Belia dan Sukan, 1974, Syed Muhammad Naquib al-Aas, Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu, Bangi University Kebangsaan Malaysia, 1972, Titik Pudjiastuti Ed., Filologia Nusantara, Jakarta Pustaka Jaya, 1997, Ibid. Aksara Arab-Melayu di Nusantara dan Sumbangsihnya dalam Pengembangan... 191Vol. 13, No. 1, Mei 2017surau. Batu bersurat tersebut ditemukan pada tahun Penemuan batu bersurat ini menunjukkan bahwa tulisan Arab-Melayu telah digunakan sebelum tahun 1303 M. Batu bersurat yang ditemukan di Kuala Terengganu itu, pada sebuah sisinya memuat pernyataan yang memerintahkan para penguasa dan pemerintah utuk berpegang teguh pada Islam. Pada sisi lainnya memuat sepuluh aturan dan bagi yang melanggar akan mendapat Abad ke-13 Masehi merupakan zaman kegemilangan Islam di Nusantara. Perkembangan agama Islam telah menjadikan bahasa Arab mendapat tempat di kalangan penganut agama Islam di daerah ini. Bahasa Melayu Kuno yang menggunakan huruf-huruf India berganti menggunakan huruf-huruf Arab. Melalui tulisan dan aksara Arab-Melayu inilah para pendakwah melakukan dakwah-dakwah tulisannya di Nusantara, sehingga tulisan Arab-Melayu ini berkembang sedemikian rupa, baik di dunia pendidikan maupun perdagangan. Motif lain perkembangan aksara Arab-Melayu adalah karena masyarakat lokal tidak bisa berbahasa Arab, sehingga mereka mengupayakan untuk menggabungkan antara bahasa lokal Melayu dengan bahasa Arab dalam sebuah tulisan. Yang dipakai untuk menulis adalah huruf Arab, sedangkan bahasa yang dipergunakan adalah bahasa tulisan yang menggunakan aksara Arab-Melayu dapat dilihat pada peninggalan budaya dalam bentuk tulisan yang masih manual, yakni naskah atau manuskrip Melayu yang ditulis dengan tangan asli masyarakat Melayu. Peninggalan tulisan tangan tersebut tersimpan di berbagai negara. Tulisan tangan yang ditinggalkan mereka itulah yang dikatakan sebagai bentuk keintelektualan masyarakat yang hidup pada zaman lampau di Nusantara. Menurut Mulyadi, tempat penyimpanan naskah Melayu terdapat di seluruh dunia yang tersebar di dua puluh delapan negara, yaitu Afrika Selatan, Amerika, Australia, Austria, Belanda, Belgia, Brunei, Ceko-Slavakia, Denmark, Honggaria, India, Indonesia, Inggris, Irlandia, Italia, Jerman, 29 Syed Muhammad Naquib al-Aas, The Correct Date of the Trengganu Incription, Kuala Lumpur Muzium Negara, 1970. Baca juga M. B. Hooker, “The Trengganu Inscription in Malaysia Legal History”, Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society, 49, No. 2, 1976, 127-133. 30 Fatimi, Islam Comes in Malaysia, Singapura Sociology Research Institute, 1963, 65. 31 Ellya Roza, “Aksara Arab-Melayu di Indonesia Suatu Reeksi Historis, Jurnal Sosial Budaya, Vol 2, No 1, Pekanbaru Puslit Sosbudbang UIN Suska Riau, 2005, 60. Ellya Roza192Jurnal TSAQAFAHMalaysia, Mesir, Norwegia, Polandia, Perancis, Rusia, Spanyol, Swiss, Srilangka, Swedia, dan Adapun naskah Melayu yang belum disunting dan diterbitkan jumlahnya jauh lebih besar daripada naskah yang sudah disunting dan diterbitkan, baik yang tersimpan di dalam maupun di luar Oleh karena itu, naskah Melayu dapat dikatakan sebagai bukti bahwa aksara Arab-Melayu telah digunakan untuk menulis di Nusantara, sehingga keberadaan aksara Arab-Melayu telah menjadi sebuah lambang budaya di Nusantara ini. Perkembangan Aksara Arab-Melayu di NusantaraTulisan Arab-Melayu berkembang pesat sejajar dengan penyebaran Islam. Setelah bangsa Melayu mendapati bahwa tulisan Pallawa yang mereka gunakan selama ini tidak sesuai sebagai wahana penyebaran agama yang baru diyakini, yakni Islam, maka mereka mengubah pandangan. Untuk memahami al-Quran harus terlebih dahulu pandai bahasa Arab. Oleh karena itu, masyarakat di awal penyebaran Islam lebih dahulu mempelajari bahasa Arab, kemudian setelah memahaminya lalu mereka mulai belajar cara menulisnya. Orang Melayu memandang tinggi tulisan Arab sebagai gerbang kepada pemahaman Islam dan kitab sucinya al-Qur’an. Aksara Arab-Melayu cepat berkembang tiada lain disebabkan karena masyarakat Nusantara menerima tulisan dan bacaan Arab ini langsung dari orang Arab yang datang ke Nusantara. Orang Arab mengajarkan masyarakat tentang cara menuliskan aksara Arab. Dengan demikian akhirnya orang Melayu menjadi mudah mengkolaborasikan aksara Arab dengan bahasa Melayu sehingga wujud sarana untuk menulis. Setelah terjadi pengadopsian aksara Arab dan bahasa Melayu, maka para pendakwah mulai melakukan penyebaran Islam dengan cara tertulis, di mana para pendakwah menuliskan berbagai ilmu ke atas berbagai media tulis seperti kertas “daluwang”. Daluwang ini merupakan kertas pertama karya anak bangsa Indonesia di pondok pesantren Jawa Timur. Artinya aksara Arab dengan bahasa Melayu pada awalnya digunakan untuk menuliskan ajaran-ajaran yang disampaikan oleh mubalig kepada pengikutnya agar masyarakat 32 Mulyadi, “Kodikologi Melayu di Indonesia,” Lembar Sastra, Edisi Khusus No 24, Depok FASA UI, 1994, 12-14. 33 Chambert-Loir dan Faturrahman, Panduan Koleksi Naskah-naskah Nusantara, Jakarta Yayasan Obor Indonesia,1999, 1. Aksara Arab-Melayu di Nusantara dan Sumbangsihnya dalam Pengembangan... 193Vol. 13, No. 1, Mei 2017yang tidak dapat belajar langsung dapat belajar melalui tulisan para mubalig tersebut. Tulisan-tulisan yang ditinggalkan mereka itulah yang dikatakan sebagai bukti intelektual masyarakat Nusantara karena goresan kalam mereka merupakan hasil pemikiran yang terjadi pada zaman mereka hidup. Untuk kondisi keilmuan, maka tulisan-tulisan tersebut dapat dadikan sebagai salah satu sumber utama selain al-Qur’an dan hadis. Sewaktu zaman penjajahan, tulisan yang beraksara Arab-Melayu masih menguasai Kepulauan Melayu, terutamanya dalam bidang sastra dan kesenian, teologi, falsafah, tasawuf, perdagangan, dan juga perundangan negeri. Tulisan aksara Arab-Melayu merupakan abjad resmi, bahkan pada waktu Proklamasi Kemerdekaan, negara Malaysia menulisnya dalam abjad aksara Arab-Melayu. Tentang tulisan Arab Melayu di Nusantara, cukup banyak peneliti Barat yang telah melakukan kajian dan penelitian disebabkan oleh kepentingan tugas yang berkaitan dengan keperluan pemerintahan kolonial penjajah, perniagaan, maupun karena murni untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Misalnya van Ronkel, van Elbinck, van Wk, van de Waal, Cohen Stuart, de Hollander, van de Tuuk, Pnappel, Klinkert, Wilkinson, dan lainnya. Para peneliti tersebut merasa kagum terhadap keseragaman yang terdapat dalam tulisan dan ejaan Arab-Melayu sebagaimana yang tertulis pada naskah-naskah sebelum kurun abad ke-17 Masehi yang ditulis di seluruh negeri Kepulauan Nusantara. Sebenarnya keseragaman tulisan itu disebabkan karena kemahiran tulis menulis pada masa itu hanya dikuasai oleh beberapa orang juru tulis yang telah terlatih dalam hal kaidah penulisan sehingga dapat terjaga keseragamannya. Kenyataan ini diperkuat oleh fakta bahwa teks-teks pada masa itu kebanyakannya terdiri dari dokumen-dokumen resmi agama dan kerajaan, Kegiatan tulis menulis tersebut tentu saja hanya ditulis oleh kelompok khusus misalnya penulis istana, ulama, dan guru. Selain nama-nama di atas, pada tahun 1812, Marsden telah memperbincangkan keberadaan aksara Arab-Melayu dalam bukunya A Grammar of the Malayan Language. Winstedt 1913 juga mengulas tentang sistem ejaan Arab-Melayu dalam bukunya Malay Grammar. Galop34 meneliti bentuk berbagai surat diraja kesultanan di Alam Melayu. Dalam kajiannya, ternyata surat-surat diraja tersebut ditulis 34 Annabel Teh Gallop, The Legacy of Malay Leer, Kuala Lumpur The British Library dan Arkib Negara Malaysia,1994. Ellya Roza194Jurnal TSAQAFAHdengan aksara Arab-Melayu, dihiasi dengan gambar yang indah, dan disampaikan dalam tulisan dengan penuh istiadat dan tata krama yang tinggi. Contoh-contoh surat diraja tersebut masih terpelihara seperti surat Sultan Abu Hayat dari Ternate 1521; surat Sultan Iskandar Muda dari Aceh kepada Raja James I dari England 1615; dan surat Sultan Abdul Jalil IV dari Johor kepada Raja Louis XV dari Perancis 1719. Liaw Yock Fang juga meneliti Undang-Undang Melaka yang bertuliskan dengan aksara Arab-Melayu di mana ianya membagi teks Undang-Undang Melaka kepada dua yaitu Undang-Undang Melaka dan Undang-Undang Laut Di samping itu, 46 naskah salinan daripadanya diberi berbagai-bagai judul, seperti Undang-Undang Melaka, Undang-Undang Negeri dan Pelayaran, Surat Undang-Undang, Kitab Undang-Undang, Undang-Undang Melayu, Undang-Undang Raja Melaka, Undang-Undang Sultan Mahmud Syah, Kitab Hukum Kanun, dan Surat Hukum Kanun. Ke-46 naskah ini terkumpul ke dalam beberapa versi, seperti Undang-Undang Melaka versi Aceh dan versi Selain yang disebutkan itu, perundangan purbakala seperti Hukum Kanun Melaka dan bahan-bahan terbitannya, termasuk Hukum-Hukum Kanun Johor, Kedah, dan Brunei, semuanya ditulis dalam aksara Arab-Melayu dan berbahasa Melayu. Di kalangan orang Melayu, tokoh yang mula-mula sekali memerhatikan aksara Arab-Melayu adalah Raja Ali Haji37 dengan berbagai karyanya, misalnya Bustân al-Kâtibîn li al-Subyân al-Muta’allimîn dan Kitab Pengetahuan Bahasa 1275 H/1858 M. Walaupun kitab ini tidak disebarkan secara meluas kepada masyarakat umum, namun beliau terkenal sebagai pelopor awal dalam menulis mengenai sistem ejaan Arab-Melayu. Selain itu, antara tokoh awal lain yang 35 Liaw Yock Fang Ed., Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik, Singapura Erlangga, 1976, Mohammad Yuso Hashim, Kesultanan Melayu Melaka, Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, 1989, Seorang bangsawan Johor-Riau yang menjadi penasihat Yang Dipertuan Muda Riau, keturunan Melayu-Bugis, lahir di Pulau Penyengat, hidup 1808-1878. Antara karya yang masyhur seperti Tuhfat al-Nas, Gurindam Dua Belas, Kitab Pengetahuan Bahasa, Bustan al-Katibin, Salasilah Melayu Bugis, dan lain-lain. Lihat Hashim Musa, “Raja Ali Haji Tentang Ilmu dan Pendidikan”, Kertas Kerja Wacana Fikir ATMA, Universiti Kebangsaan Malaysia, 29 Januari 2009; Tatiana A. Denisova, “Konsep Ilmu dan Pendidikan dalam Karya Raja Ali Haji Tuhfat al-Nas”, Kertas Kerja Wacana Fikir ATMA, Universiti Kebangsaan Malaysia, 29 Januari 2009; Alimuddin Hassan Palawa, “Demitologisasi Raja Pemikiran Politik Raja Ali Haji Perspektif Sunnah Allah dan Aql-Naql,” Makalah, AICIS di IAIN Raden Intan Lampung, 1-4 November 2016. Aksara Arab-Melayu di Nusantara dan Sumbangsihnya dalam Pengembangan... 195Vol. 13, No. 1, Mei 2017mengusahakan sistem ejaan ini ialah Syeikh Ahmad al-Fatani38 pada tahun 1288 H/1871 Walaupun sistem ejaan tersebut tidak tersebar secara meluas, namun sistem ini banyak digunakan untuk mentashih kitab-kitab Jawi yang diterbitkan di Asia Sedangkan di tanah Semenanjung adalah Zainal Abidin bin Ahmad Za’ba dengan karyanya Jawi Spelling dan Daftar Ejaan Melayu Jawi Rumi. Selain itu juga dikenal nama Raja Haji Muhammad Tahir bin al-Marhum Mursyid Riau dengan karyanya Rencana Melayu. 41 Perkembangan tulisan beraksara Arab-Melayu di Nusantara karena didorong oleh semangat dan sebagai kesinambungan dari kerajaan Johor-Riau yang telah banyak meninggalkan karya-karya bertulisan aksara Arab-Melayu di samping itu terkenal juga sebagai asal usulnya. Kemudian dikarenakan faktor geogra yang berdekatan dengan Singapura, maka hal tersebut juga telah memberi peluang kepada masyarakat di Nusantara untuk menerbitkan hasil penulisan yang menggunakan aksara Arab-Melayu. Sebab, Singapura pada era 1890-an terkenal sebagai pusat penerbitan utama di Asia Tenggara. Banyak buku yang terhasil adalah berkisar mengenai persoalan tatabahasa Jawi bermula dengan Bustân al-Kâtibîn dan Kitab Pengetahuan Bahasa oleh Raja Ali Haji, serta Kitab Pimpinan Johor oleh Ibrahim Nama lengkapnya Syeikh Wan Ahmad bin Wan Muhammad Zainal Abidin bin Datu Panglima Kaya Syeikh Haji Wan Mustafa bin Wan Muhammad Zainal Abidin Faqih Wan Musa al-Jambui al-Sanawi al-Fatani bin Wan Muhammad Salih al-Laqihi bin Ali al-Masyhur al-Laqihi. Lahir pada malam Jum’at 5 Sya’ban 1272 H bersamaan dengan 10 April 1856 M di Kampung Sena Janjar, Patani. Wafat pada malam Rabu 11 Zulhjah 1325 H bersamaan 14 Januari 1908 M di Mekkah. Lihat Haji Wan Mohd Shaghir, Syeikh Ahmad al-Fatani Pemikir Agung Melayu dan Islam, Jilid 1, Kuala Lumpur Persatuan Pengakajian Khazanah Klasik Nusantara & Khazaniah Fathaniah, 2005, 13. 39 Haji Wan Mohd Shaghir Abdullah, “Tulisan Melayu/Jawi Ejaan dalam Manuskrip dan Cetakan Kitab Suatu Analisis Perbandingan,” Kertas Kerja Seminar Antarabangsa Manuskrip Melayu, di Auditorium Perpustakaan Negara Malaysia, 3-4 Oktober 1995, 5. 40 Ahmad Faisal bin Abdul Faisal dan Faizuri bin Abdul Latif, “Sejarah Perkembangan Tulisan Jawi Analisis mengenai Teori Kang Kyoung Seok”, Jurnal al-Tamaddun, Vol. 9, No. 2, 2014, Muhammad Bukhari Lubis, et al., Tulisan Jawi Sehimpunan Kajian, Shah Alam Pusat Penerbitan Universiti UPENA, 2006, 118. Ellya Roza196Jurnal TSAQAFAHPeranan Aksara Arab-Melayu dalam Memahami Khazanah Intelektual Nusantara Penggunaan tulisan beraksara Arab-Melayu merupakan faktor utama yang mempercepat pengembangan agama Islam karena ajaran-ajaran Islam ditulis oleh ulama Melayu dengan menggunakan aksara Arab-Melayu sehingga masyarakat umum dapat membacanya dan memahami kandungan ajaran yang tertulis di dalamnya. Dengan demikian, agama Islam merupakan faktor utama untuk kebangkitan bahasa Melayu sebagai bahasa tulis, karena tulisan Arab-Melayu digunakan secara meluas di negeri-negeri kesultanan Melaka, Johor, Brunei, Sulu, Patani, Aceh, dan Ternate pada awal abad ke-15 untuk tujuan surat-menyurat diraja, titah-perintah, dan perhubungan antarsaudagar di pelabuhan Melaka. Semua teksnya ditulis dengan aksara Arab-Melayu. Teks-teks lama ini juga menjadi sumber konsep sastra manusia berbahasa Melayu. Di dalamnya tertanam pelbagai hal yang berkaitan dengan konsep sastranya, yaitu cara berkir, kosmologi, agama, perasaan bahasanya, estetika, pandangannya terhadap kesenian, dan juga hubungannya dengan bangsa dan budaya lain. Inilah sumber terkaya yang dimiliki oleh bangsa Oleh karena itu, menurut pandangan Wellek dan Austin Warren bahwa untuk tujuan-tujuan pendidikan, studi terhadap teks-teks lama memang sangat Artinya, tulisan yang menggunakan aksara Arab-Melayu tersebut menjadi penting bagi perkembangan dan pengembangan ilmu pengetahuan karena karya dalam bentuk tulisan pada umumnya menyimpan kandungan berita masa lampau yang mampu memberikan informasi secara lebih terurai. Sebagai hasil budaya masa lampau, peninggalan-peninggalan tulisan perlu dipahami dalam konteks masyarakat yang melahirkannya. Pengetahuan tentang berbagai konvensi yang hidup dalam masyarakat yang melatarbelakangi penciptaannya mempunyai peran yang besar bagi upaya memahami kandungan isinya. Lewat dokumen tertulis dapat dipelajari secara lebih nyata dan seksama cara berpikir bangsa yang menyusunnya. Peninggalan-peninggalan tertulis itu dapat berupa 43 Muhammad Haji Salleh, Puitika Sastra Melayu, Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka, 2000, Rene Wellek dan Austin Warren, Teori Kesusastraan, Terj. Melani Budianta, Jakarta Gramedia Pustaka Utama, 1995,15. Aksara Arab-Melayu di Nusantara dan Sumbangsihnya dalam Pengembangan... 197Vol. 13, No. 1, Mei 2017buku, batu, atau logam Demikian juga Soebadio mengatakan bahwa dari tulisan-tulisan inilah dapat diperoleh gambaran lebih jelas mengenai alam pikiran, adat istiadat, kepercayaan, dan sistem nilai yang berlaku pada masyarakat masa lampau. Sangat tidak mungkin tercapai jika bahan-bahan keterangan hanya terdiri dari peninggalan material. Artinya, peninggalan suatu kebudayaan yang berupa naskah tertulis merupakan dokumen bangsa yang paling menarik bagi peneliti kebudayaan lama karena memiliki kelebihan, yaitu dapat memberi informasi yang lebih luas dibanding dengan peninggalan kebudayaan dalam bentuk Naskah Melayu menjadi penting kerana merupakan warisan budaya dalam bentuk penulisan zaman silam yang tidak ternilai harganya. Teksnya mengandung berbagai ilmu yang berguna bagi kehidupan misalnya kih, tauhid, tasawuf, tajwid, sejarah, undang-undang, petuah dan tunjuk ajar, perobatan, rasat, tabir mimpi, hikayat, syair, dan nazam. Ilmu yang dihasilkan merupakan ilmu yang mencerminkan kekayaan pemikiran serta kegemilangan tamadun Melayu yang perlu dipelihara agar bermanfaat bagi generasi sekarang dan yang akan datang. Kandungan teks yang terdapat dalam naskah Melayu meliputi berbagai macam aspek kehidupan zaman lampau orang Melayu, misalnya masalah sosial, politik, ekonomi, agama, kebudayaan, bahasa dan Tidak hanya itu, naskah lama ternyata juga menyimpan sejumlah hikmah berupa nilai-nilai luhur warisan nenek moyang bangsa yang hingga kini masih relevan dengan kehidupan masyarakatnya. Pendapat ini didasari kenyataan bahwa cerita-cerita yang terkandung di dalam naskah banyak mengandung ajaran hidup yang tinggi nilainya, pendidikan moral, etika, perbuatan baik dan buruk dengan segala akibatnya, sehingga pembaca sekarang dapat berguru pada cerita tersebut. Dengan kedatangan Islam maka banyak unsur-unsur Islam yang memengaruhi bahasa dan tulisan Melayu. Banyak perkataan Arab yang diambil dan dimasukkan ke dalam bahasa Melayu, baik dikekalkan sebutan dan ejaannya, maupun yang diserap dan disesuaikan lafal dan ejaannya. 45 Siti Barorah Baried, dkk, Pengantar Teori Filologi, Haryati Soebadio, “Filologi”, Makalah, Seminar Prasarana Daerah Bali-Sunda-Jawa, Yogyakarta UGM, 1975, Baca Achadiati Ikram, Filologi Nusantara, Jakarta Pustaka Jaya, 1977, 5; Baca juga Robson, Prinsip-Prinsip Filologi Indonesia, Jakarta RUL, 1974. Ellya Roza198Jurnal TSAQAFAHBeberapa tulisan Arab-Melayu yang diwariskan kepada masyarakat Melayu sekarang antara lain Hikayat Hang Tuah yang menceritakan tentang kegagahan Hang Tuah dan kawan-kawannya berbakti kepada Sultan Melaka yang membawa kegemilangan Kesultanan Melaka. Misa Melayu, sebuah karya sastra sejarah yang menuliskan tentang raja-raja Melayu yang memerintah di Negeri Perak dan membicarakan tentang adat resam dan budaya Perak. Sirat al-Mustaqim, disusun dan ditulis oleh Syeikh Nuruddin al-Raniri pada tahun 1634 Masehi, merupakan sebuah kitab kih yang penting yang menguraikan amal ibadat setiap Muslim. Kitab Tib, yang mengandung isi mengenai pengobatan berbagai jenis penyakit. Syair Seratus Siti mengisahkan tentang keagungan Sultan Mansur yang menjadi khalifah di negeri Baghdad dan bagaimana baginda mencari isteri untuk dadikan permaisuri. Hukum Kanun Melaka merupakan naskah undang-undang yang tertua sekali dan dianggap terpenting serta memengaruhi undang-undang negeri Melayu yang lain. Karya-karya lain seperti Mir’at al-Tullab, Risalat Adab Murid akan Shaich milik Abdul Rauf Singkel 1615-1693, Syair Perahu tulisan Hamzah Fansuri, dan banyak lagi lainnya yang ditulis ilmuwan Indonesia yang terkenal di Nusantara ini dalam melahirkan karya yang terkenal. Artinya, peninggalan budaya yang ditulis dengan aksara Arab-Melayu merupakan perwujudan budaya tradisi tulis di Nusantara sudah ada jauh sebelum masuknya teknologi cetak dari Barat. Dengan hanya ditulis tangan, segala sesuatu yang dianggap penting dan dalam upaya pengembangannya, maka ide tersebut kadangkala ditulis kemudian disalin dan disalin lagi oleh orang lain yang pandai menulis ketika itu. Hasil karya tersebut kini menjadi bukti dari perjalanan panjang suatu masyarakat yang berbudaya. Informasi yang terkandung dalam karya tulisan-tulisan tangan mempunyai cakupan informasi yang luas dan menjangkau berbagai segi kehidupan. Pada hakikatnya aksara Arab-Melayu memainkan peranan penting dalam mewujudkan karya budaya di Nusantara dan juga dapat menggali potensi penelusuran ilmiah dalam membantu membaca khazanah intelektual naskah Melayu Nusantara. Peranan Aksara Arab-Melayu sebagai bagian dari kebudayaan Melayu Nusantara sudah lama “dilupakan”. Apabila hal ini dibiarkan terus berlarut-larut bahkan tidak dipelajari, tentu saja akan merugikan bangsa Indonesia sendiri. Karena itu, sangatlah penting diadakan Aksara Arab-Melayu di Nusantara dan Sumbangsihnya dalam Pengembangan... 199Vol. 13, No. 1, Mei 2017pengajaran aksara Arab-Melayu kepada generasi sekarang sehingga dapat membantu memahami naskah-naskah Melayu Nusantara yang telah banyak ditulis oleh para Ulama Nusantara di Indonesia. Artinya, pemahaman terhadap aksara Arab-Melayu sangat penting dalam membaca karya masyarakat Nusantara yang telah terungkap dalam berbagai tulisan. Dengan demikian keberadaan aksara Arab-Melayu menjadi penting untuk melestarikan khazanah budaya Nusantara misalnya melalui dunia pendidikan, karena dengan mengetahui dan memahami aksara Arab-Melayu, maka intelektual bangsa sebagai implementasi kearifan lokal tidak ironis memang, aksara Arab-Melayu kini tidak lagi dikenal oleh masyarakat Islam Nusantara secara luas. Padahal, aksara Arab-Melayu telah digunakan secara luas oleh para penyiar agama Islam, ulama, penyair, sastrawan, pedagang, hingga politikus di kawasan Nusantara. Banyak karya tulis mereka yang dapat disaksikan pada masa sekarang ini bahkan peninggalan hasil karya mereka sangat penting bagi dunia ilmu pengetahuan. Tentunya, kondisi demikian disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah para penjajah. Pada masa penjajahan, tulisan yang digunakan untuk urusan negara adalah dengan menggunakan huruf Latin, sedangkan huruf Arab-Melayu diisolir. Keadaan inilah yang membuat aksara Arab-Melayu semakin terlupakan. Artinya, dengan masuknya bangsa Eropa ke Nusantara dengan membawa nilai-nilai Barat telah menggeser kearifan lokal yang telah ada. Misalnya kedudukan tulisan Arab-Melayu mulailah sedikit demi sedikit dikurangi penggunaannya. Padahal, tulisan Arab-Melayu ini pernah mendominasi korespondensi diplomasi dan perdagangan para raja dan sultan di seantero Nusantara. Aksara Arab-Melayu menjadi tergusur di negerinya sendiri akibat datangnya para penjajah yang menjajah semua aspek kehidupan masyarakat Keberadaan Arab-Melayu semakin terpuruk ketika diadakannya kongres bahasa di Singapura pada tahun 1950-an yang telah memperkuat kedudukan huruf Romawi. Salah satu keputusan dalam kongres tersebut menghasilkan pembentukan Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia yang memelopori dan menginisiasikan penggunaan abjad Romawi. Saat itulah hampir semua penerbit koran, majalah, 48 Khairuddin Rangkuti, Keberadaan Pengajaran Tulis Baca Huruf Jawi di Sekolah Dasar Kota Madya Medan, Tidak Diterbitkan, Medan Lembaga Penelitian Universitas Sumatra Utara, 1993. Ellya Roza200Jurnal TSAQAFAHdan buku dengan terpaksa mengganti aksara Arab-Melayu atau Jawi dengan huruf Romawi. Dikatakan oleh Nashrullah, dalam kurun 1948-1956, aksara Jawi menghilang secara keseluruhan. Walau begitu, penggunaan aksara tersebut masih dapat ditemukan. Misalnya pada masa revolusi 1945-1949, pemerintah Indonesia dalam beberapa kesempatan masih memakai aksara Jawi di daerah-daerah tertentu yang didominasi Islam tradisional, misalnya di Aceh. Pada tahun 1952, koin 50 sen Republik Indonesia masih menghadirkan aksara Jawi untuk menuliskan nama Pangeran Diponegoro. Namun tiga tahun setelahnya, tahun 1955, nama Diponegoro dalam aksara Jawi itu hilang dan menyisakan hanya nama Diponegoro dalam aksara Selanjutnya, pada tahun 2007 telah diselenggarakan pula Kongres Ijtima Ulama Nusantara ke-2 di Malaysia. Dalam kesempatan tersebut ulama asal Indonesia KH. Maimeon Zubair telah menyampaikan bahwa kelestarian tradisi salaf dalam tahap kritis. Beberapa ajaran salaf mulai terlupakan, salah satunya adalah yang ditulis dengan aksara Arab-Melayu. Jika tradisi membaca dan menulis Arab-Melayu ini terlupakan, maka orang Islam di Nusantara ini telah lupa akan proses Islamisasi di negerinya sendiri. Oleh karena itu, aksara Arab-Melayu harus dilestarikan agar tidak hilang, karena banyak ilmu-ilmu ulama dan kiai terdahulu tertulis dengan aksara Arab-Melayu. Karya tersebut merupakan warisan budaya dan merupakan sebuah karya penulis zaman silam yang diwariskan kepada pembaca dan juga pengkaji sekarang. Oleh karena itu, karya-karya yang bertuliskan aksara Arab-Melayu merupakan khazanah intelektual mereka pada zamannya yang menjadi sumber dan inspirasi ilmuwan sekarang untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, terutama dalam penelitian di mana khazanah intelektual tersebut dapat dadikan salah satu sumbernya. PenutupDalam pengkajian khazanah intelektual Muslim Nusantara, aksara Arab-Melayu sangat penting keberadaannya. Tidak hanya dalam bentuk peninggalan budaya melalui naskah-naskah Melayu yang tidak terhitung jumlahnya, aksara Arab-Melayu juga menjadi 49 Nashih Nashrullah, Ed., “Tersingkirnya Aksara Jawi dalam Pentas Nasional,” Republika, 12-2-2017, 16. Aksara Arab-Melayu di Nusantara dan Sumbangsihnya dalam Pengembangan... 201Vol. 13, No. 1, Mei 2017alat transfer pengetahuan dan ilmu-ilmu keislaman oleh para ulama kepada masyarakat Muslim Nusantara. Hal ini merupakan bukti bahwa masyarakat Melayu memiliki intelektual meskipun dituliskan secara sederhana dan sekaligus menjadi bukti pula terhadap proses Islamisasi di Nusantara. Naskah Melayu bukan saja memiliki suatu gambaran masa lampau, melainkan merupakan sumber pengetahuan yang dapat membantu dalam usaha mempelajari, mengetahui, dan mengerti akan sejarah perkembangan budaya bangsa dan dalam perkembangan ilmu tetapi sangat disayangkan, aksara Arab-Melayu saat ini berada dalam tahap yang sangat mengkhawatirkan. Jika dulu aksara Arab-Melayu sempat menjadi tulisan resmi di Nusantara, sekarang sudah tergantikan dengan tulisan Latin. Melalui tulisan ini diharapkan, para pengkaji, peneliti, bahkan pemerintah mencurahkan perhatiannya secara seksama terhadap kelestarian dan kemanfaatan aksara Arab-Melayu yang menjadi khazanah intelektual Nusantara.[]Daftar PustakaAbdullah, Haji Wan Mohd Shaghir. 1995. “Tulisan Melayu/Jawi Ejaan dalam Manuskrip dan Cetakan Kitab Suatu Analisis Perbandingan,” Kertas Kerja Seminar Antarabangsa Manuskrip Melayu, di Auditorium Perpustakaan Negara Malaysia, 3-4 Oktober. Al-Aas, Syed Muhammad Naquib. 1970. The Correct Date of the Trengganu Incription. Kuala Lumpur Muzium 1972. Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu. Bangi University Kebangsaan Siti Barorah. 1985. Memahami Hikayat dalam Sastra Indonesia. Jakarta Pusat Pembinaan dan Pengembangan 1994. Pengantar Teori Faturrahman, 1999. Panduan Koleksi Naskah-naskah Nusantara. Jakarta Yayasan Obor Ismail. 1943. Al-Adab wa al-Nus}ûs} al-Arabiyyah. Lebanon Dâr Tatiana A. 2009. “Konsep Ilmu dan Pendidikan dalam Karya Raja Ali Haji Tuhfat al-Nas”, Kertas Kerja Wacana Fikir ATMA, Ellya Roza202Jurnal TSAQAFAHUniversiti Kebangsaan Malaysia, 29 Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Budaya. Yogyakarta Pustaka Ahmad Faisal bin Abdul., Faizuri bin Abdul Latif. 2014. “Sejarah Perkembangan Tulisan Jawi Analisis mengenai Teori Kang Kyoung Seok”, Jurnal al-Tamaddun, Vol. 9, No. Liaw Yock. Ed.. 1976. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Singapura Annabel Teh. 1994. The Legacy of Malay Leer. Kuala Lumpur The British Library dan Arkib Negara Gilbert J. 1963. A Guide to Historical Method. New York Fordham University Ismail. 1991. Masyarakat dan budaya Melayu. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka Mohammad Yuso . 1989. Kesultanan Melayu Melaka. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka M. B. 1976. “The Trengganu Inscription in Malaysia Legal History”, Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society, 49, No. 2. Hussein, Ismail. 1989. The Study of Traditional Malay Literature with a Selected Biblioghraphy. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka Achadiati. 1976. “Sastra Lama sebagai Penunjang Pengembangan Sastra Modern”. Majalah Bahasa dan Sastra, 2 1. Jakarta Pusat Pembinaan dan Pengembangan 1977. Filologi Nusantara. Jakarta Pustaka Jaya. _____. 1980. “Hikayat Sri Rama Suntingan Naskah disertai Telaah Amanat dan Stuktur”, Disertasi. Jakarta UI Harimukti. 1991. Masa Lampau Bahasa Indonesia Sebuah Bunga Rampai, Yogyakarta Sinar Muhammad Bukhari., et al. 2006. Tulisan Jawi Sehimpunan Kajian. Shah Alam Pusat Penerbitan Universiti UPENA.Marsden, William. 1966. The history of Sumatra. Kuala Lumpur Oxford University Press. Mulyadi, 1994. “Kodikologi Melayu di Indonesia,” Lembar Sastra, Edisi Khusus No 24. Depok FASA UI. Aksara Arab-Melayu di Nusantara dan Sumbangsihnya dalam Pengembangan... 203Vol. 13, No. 1, Mei 2017Musa, Hashim. 2009. “Raja Ali Haji Tentang Ilmu dan Pendidikan”, Kertas Kerja Wacana Fikir ATMA, Universiti Kebangsaan Malaysia, 29 Januari Nashih Ed.. Nashih. “Tersingkirnya Aksara Jawi dalam Pentas Nasional,” Republika, 12-2-2017. Osman, Muhammad Taib. 1974. Asas dan Pertumbuhan Kebudayaan Malaysia. Kuala Lumpur Kementerian Kebudayaan Belia dan Alimuddin Hassan. 2016. “Demitologisasi Raja Pemikiran Politik Raja Ali Haji Perspektif Sunnah Allah dan Aql-Naql,” Makalah, AICIS di IAIN Raden Intan Lampung, 1-4 Titik Ed.. 1997. Filologia Nusantara. Jakarta Pustaka Haji Abdullah Abdul. 1985. Asia Tenggara Tradisional Politik dan Kebudayaan. Singapura Teks Publishing Sdn. Khairuddin. 1993. Keberadaan Pengajaran Tulis Baca Huruf Jawi di Sekolah Dasar Kota Madya Medan, Tidak Diterbitkan. Medan Lembaga Penelitian Universitas Sumatra Utara. Robson, 1974. Prinsip-Prinsip Filologi Indonesia. Jakarta Ellya. 2005. “Aksara Arab-Melayu di Indonesia Suatu Reeksi Historis, Jurnal Sosial Budaya, Vol 2, No 1. Pekanbaru Puslit Sosbudbang UIN Suska 2010. Naskah Melayu. Pekanbaru Yayasan Pusaka Fatimi. 1963. Islam Comes in Malaysia. Singapura Sociology Research Muhammad Haji. 2000. Puitika Sastra Melayu. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Haji Wan Mohd. 2005. Syeikh Ahmad al-Fatani Pemikir Agung Melayu dan Islam, Jilid 1. Kuala Lumpur Persatuan Pengakajian Khazanah Klasik Nusantara & Khazaniah Fathaniah. Soebadio, Haryati. 1975. “Filologi”, Makalah, Seminar Prasarana Daerah Bali-Sunda-Jawa. Yogyakarta Penulis. 1980. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta Ichtiar Baru-Van Penyusun. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta Balai Pustaka. Ellya Roza204Jurnal TSAQAFAHVredenbregt, Jacob. 1983. Metode dan Teknik Penelitian. Jakarta Rene., Austin Warren. 1995. Teori Kesusastraan, Terj. Melani Budianta. Jakarta Gramedia Pustaka Rihcard James Ed.. 1971. Paper on Malay Subjects. Kuala Lumpur Oxford University Jurji. 1943. Târîkh al-Adab al-Arabiyyah. Lebanon Dâr al-Maârif, ... Aksara memiliki fungsi untuk menuliskan ide-ide dan gagasan yang dimiliki oleh seseorang agar gagasan atau ide tersebut dapat diketahui oleh orang atau kelompok lain. Aksara dapat diartikan juga sebagai bentuk dari bahasa yang digunakan oleh manusia Roza, 2017. Menurut Fauziah Dewantara Jurnal Pendidikan Sosial Humaniora Desember 2022 e- ISSN 2962ISSN -1127p-ISSN 2962-1135 2008 asal usul arab melayu Indonesia jawi sudah ada dan dikenal sejak lama dan arab melayu ini berasal dari Arab Saudi. ...Nanda Ideebrilant YahazSiti NurjanahGina AureliaHasnah Faizah ARPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan penulisan arab melayu pada nama jalan di kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Sukajadi, Kota Pekanbaru. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif dengan sampel penelitian sebanyak 21 data nama jalan yang ada di Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Sukajadi, Kota Pekanbaru. Pengambilan sampel yaitu sampel penuh atau 100% dari seluruh jumlah populasi penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi aktif, dokumentasi, dan keabsahan data. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah Miles Huberman dengan tahapan 1 reduksi data, 2 penyajian data, dan 3 simpulan. Hasil penelitian ini adalah terdapat 17 nama jalan yang tepat dalam penulisan arab melayu dan terdapat 4 nama jalan yang tidak tepat dalam penulisan arab melayu, diantaranya yaitu Jalan Angsa 1, Jalan Garuda, Jalan Gelatik, dan Jalan KH Ahmad Dahlan. Kesalahan yang ditemukan oleh peneliti memang tidak terlalu diperhatikan oleh masyarakat. Namun, untuk kelestarian aksara arab melayu dan pembelajaran yang tepat bagi anak bangsa haruslah diperhatikan dan ditindaklanjuti dengan benar.... Aksara Arab-Melayu menggunakan lambang-lambang bunyi huruf hijaiyah dari bahasa Arab tanpa harakat untuk menuliskan bahasa Melayu sebelum masuknya huruf aksara Arab-Melayu oleh masyarakat Melayu Riau terdahulu ditujukan untuk menyampaikan pikiran dan informasi mengenai berbagai hal dalam kehidupan melalui tulisan. Tulisan hasil karya masyarakat Melayu pada masa lalu yang menggunakan aksara Arab-Melayu dinamakan dengan naskah melayuRoza, 2017.Penggunaan aksara Arab-Melayu sebagai alat mengkomunikasikan tentang budaya dan adat istiadat dari masyarakat dahulu kepada masyarakat setelahnya melalui tulisan. Oleh karena itu, penting mempelajari aksara Arab-Melayu agar dapat diketahui segala aksara Arab-Melayu sebagai warisan budaya dan bahasa masyarakat melayu merupakan bentuk upaya menjaga dan mempertahankan kelestarian dan keberadaan aksara tersebut. ...Hasnah FaizahNabila NabilaNiken AuliaAyu LestariThis study aims to measure the ability of elementary school students to write words in Arabic-Malay script as one of the competencies that must be mastered in the local content subject of Riau Malay Culture. The ability to write Arabic-Malay writing is important to learn at the elementary school level as an effort to recognize and preserve the existence of Arabic-Malay writing as a cultural heritage of the Riau Malay natural community. This research was conducted at SDN 021 Pekanbaru in grade 3 with a total of 28 students. The research was carried out on November 22, 2022. The data collection technique in this study used a test technique. Data analysis was performed using scoring techniques, percentages, and categorizing research data low, medium, and high. The results showed that the ability to write open monosyllabic words into Arabic-Malay script was in the high category with a percentage of Maka dapat dinyatakan bahwa permainan "Smart Bag" dalam rangka memperkenalkan keaksaraan arab dan latin awal pada anak taman kanak-kanak Muslimat 2 Kabupaten Pamekasan telah mencapai aspek perkembangan keaksaraan awal menurut permendikbud 137 dan 146 tahun 2014 yaitu 1 anak dapat mengenal Simbol huruf abjad, baik berupa simbol dan huruf latin maupun arab, Roza, 2017, 2 anak dapat mengurutkan huruf abjad, yang berupa huruf latin dan huruf hijaiyah, 3 anak dapat menyusun huruf latin dan huruf hijaiyah menjadi sebuah kata yang sederhana dan dapat difahami oleh mereka sendiri dan orang lain, 4 anak dapat membuat coretan yang bermakna dalam sebuah ekpresi imajinatif mereka ketika mereka berada di dalam mamupun diluar kelas, 5 anak dapat meniru menuliskan huruf A-Z atau huruf ‫ا‬ -‫ي‬ dengan baik dan benar, dan 6 Anak dapat meniru mengucapkan huruf A-Z, ‫ي‬ ‫ا-‬ dengan baik dan benar. ...Penelitian perkembangan pengenalan keaksaraan arab dan latin awal anak di lingkungan TK Muslimat NU ini berdasarkan observasi yang menemukan problem pengembangan bahasa anak dalam pembelajaran. Penelitian ini bertujuan 1. Menghasilkan produk media pembelajaran Smart Bag yang layak, efektif dalam meningkatkan perkembangan anak usia 4-5 tahun, 2. Memberikan informasi dan ilmu baru terkait tema penelitian. Model penelitian yang digunakan ADDIE Assume, Design, Development, Implementation, Evaluation. Data penelitian diperoleh dari hasil observasi, wawancara, angket, dokumentasi, uji validasi ahli. Hasil penelitian menunjukkan perolehan data 90,2 dari ahli, 93% dari hasil uji kelompok kecil, dan 94,4% dari hasil uji kelompok besar, total keseluruhan memperoleh 92,5%. Hasil klasifikasi 86-100% tergolong dalam kategori sangat valid dan dapat digunakan. Dengan demikian maka media Smart Bag sebagaimana yang dipaparkan pada hasil tersebut layak digunakan sebagai media pembelajaran khususnya bagi yang memiliki kesamaan persoalan sebagaimana yang peneliti paparkan tersebut di atas, yaitu terkait dengan pengembangan media Syahrul AnwarHabibia AdamaBakri Mohammad Bkheet AhmadFriska FadhillahThis study aims to study the forms of Indonesian language interferention in Arabic used by students in the madrasah environment who practice their knowledge of Arabic every day and aims to discuss the factors that influence language intervention and the impact of language intervention on students' conversations. This research is qualitative research using descriptive method. The data obtained in this study were through observation and interviews with students and teachers at one of the schools at the Nur Hakim's Islamic boarding school, West Lombok. The results showed that Arabic was used by students at the Nur Hakim's Islamic boarding school, West Lombok. It turns out that they are still very much influenced by their mother tongue, namely Indonesian. These interventions are spread over several aspects such as phonology, morphology, syntax, and lexicography. Teachers try to minimize various forms of language disorders by conducting conversational activities regularly, teaching Arabic grammar and asking students to memorize Arabic FaizahOry Dwi OktanurMutia NovaskaYana Lisa WarniTulisan Arab Melayu pada hakikatnya adalah tulisan yang menggunakan Aksara Arab ditambah Aksara Non Arab dengan tidak berharakat seperti ; fathah, katsrah, dhommah, tasydid dan sebagainya. Tulisan Arab Melayu kerap kali dikembangkan menjadi rangkaian teks bacaan. Bahan bacaan teks Arab Melayu menjadi wadah pembelajaran budaya Melayu. Penulisan yang salah dapat menyebabkan kekeliruan bagi pembacanya. Maka dari itu, penulis melakukan kajian terhadap kesalahan penulisan Arab Melayu yang terdapat dalam teks bacaan Tanjung Pinang Kota Pantun. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan dan kemajuan dalam penulisan Arab Melayu yang baik dan benar. Azrul Kiromil Enri AuniHermanto HermantoOne of the approaches used as an instrument of dakwah as well as islamization in Malay-Nusantara community is language approach. In general, islamization using language approach was carried out in two types, namely by adopting the Arabic words into Malay lafzhi and by maintaining the native words of Malay patterned with Hindu-Buddhist nuances but having meaningful Islamic values maknawi. The objective of this research is to analyze islamization of Malay-Nusantara community through the language approach according to Syed Muhammad Naquib Al-Attas. This research used qualitative method with an individual life history approach. All sorts of data were collected from the biographical books of Syed Muhammad Naquib Al-Attas, literature study, documentaries, and various written and physical works of Syed Muhammad Naquib Al-Attas. The process of data collection was done by collecting, reducing, presenting, and formulating results show that islamization by language approach, both lafzhi and maknawi, had a significant influence on islamic society of Malay-Nusantara, especially in Indonesia. It is proven by the establishment of formal Indonesia language that used Arabic and Malay words and patterns and adopted some of those words in the five principles of Faizah ARElza Adila FitriHanna Maria ManaluAnnisa AzzahraPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh data tentang kemampuan menulis bahasa Arab-Melayu siswa kelas VI SD Negeri 001 Buluh Cina. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri 001 Buluh Cina yang berjumlah 25 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tes dan angket yang langsung dilakukan dengan tatap muka langsung dengan siswa. Teknik analisis data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan hasil tes dan angket, kemudian memberikan penilaian berupa skor, menentukan persentase hasil pencapaian kemampuan membaca, dan menghitung skor. Hasil penelitian ini adalah keterampilan menulis bahasa Arab-Melayu siswa kelas VI SD Negeri 001 Buluh Cina berada pada kategori tinggi dengan rata-rata 8, RozaSindi Ayudia PamaSukma ErniMurni MurniThis article is focused on analising the religious character of the Malays in the 19th century in the Syair Burung manuscripts. It was one of the cultural relics of the Malay community in the past that can provide useful information for the religious life of today's society. This paper was based on library research with a qualitative method approach that leads to content analysis, while the primary source is the text edition of Syair Burung manuscript. The results of the analysis found that Syair Burung is a symbolic poem that uses various birds for the storyteller. This is because the Malay people were colonised by the British, thus, they did not dare to write the truth. Likewise, regarding the religious life that occurs in society, the author is only able to change the character of the story. This research found the religious character of the Malays in the 19th century was divided into a three-character group. First, a group that understands religious teachings and was obedient in practicing them, was symbolised by 13 species of birds. Second, a group that comprehends religious teachings but does not practice them, which is symbolised by 8 types of birds. Third, the group does not understand religious teachings and also does not practice them, which is symbolised by 9 types of AbduhEllya RozaSukma ErniThis study discusses education in the Sultanate of Siak by studying manuscripts and archives. Manuscripts and archives are the main basis of the information requested about the education needed. The method used is philological and historical research so that the results obtained can be thought of as real education in the imperial era. Research findings on education that get full attention from sulthan are religiously based education. Education is accessed in 3 places ; mosque surau domains, schools and ma'had. Education that is carried out in the mosque surau about the education of the wider community which includes not only quran learning reciting, but also usul ul fiqh, tariqat and qasidah sound art. Education carried out in schools madrasas and ma'had also includes learning Qur`an, Islamic law, gramatical, etc. All teachers involved in education must go through the legalization of sultan even though they only teach the Koran Qur`an. Legalization of becoming a teacher through several processes involving the data collection, qadi to accept eligibility and sultan licensorAlfa NorandaDuring the 76 years of Indonesia's independence, public knew that the traditional Minangkabo form of government was Nagari. The form of government of Nagari is the smallest form of government, so what is the traditional form of government structure above the Nagari in Minangkabo. This study will answer the form of government and how to make decisions based on existing historical data, it can help answer conflicts that have sprung up in the Minang community. Minangkabo are considered as one of the ethnic groups, but historical documents say it is different. At the time of the Government of the Batavian Republic in Eastern Europe through the independent government of the Governor in Batavia and his trading partners saw Minangkabau as a traditional government that had great influence at that time. For this reason, it is necessary to search for historical information historiography and transliterate the manuscript equipped with archaeological history sources in the form of old and new maps. Based on these methods and theories, it is known that the conditions regarding Minangkabo from the view of the government of the Batavian Republic are true, Minangkabo has a government structure and a way of making dengan gambar yang indah, dan disampaikan dalam tulisan dengan penuh istiadat dan tata krama yang tinggi. Contoh-contoh surat diraja tersebut masih terpelihara seperti surat Sultan Abu Hayat dari Ternate 1521; surat Sultan Iskandar Muda dari Aceh kepada Raja James I dari England 1615Aksara Arab-Melayuaksara Arab-Melayu, dihiasi dengan gambar yang indah, dan disampaikan dalam tulisan dengan penuh istiadat dan tata krama yang tinggi. Contoh-contoh surat diraja tersebut masih terpelihara seperti surat Sultan Abu Hayat dari Ternate 1521; surat Sultan Iskandar Muda dari Aceh kepada Raja James I dari England 1615; dan surat Sultan Abdul Jalil IV dari Johor kepada Raja Louis XV dari Perancis 1719.Antara karya yang masyhur seperti Tuhfat al-Nafis, Gurindam Dua Belas, Kitab Pengetahuan Bahasa, Bustan al-Katibin, Salasilah Melayu Bugis, dan lain-lain. Lihat Hashim MusaSeorang Bangsawan Johor-Riau Yang Menjadi Penasihat Yang Dipertuan Muda RiauKeturunan Melayu-BugisPulau DiPenyengatSeorang bangsawan Johor-Riau yang menjadi penasihat Yang Dipertuan Muda Riau, keturunan Melayu-Bugis, lahir di Pulau Penyengat, hidup 1808-1878. Antara karya yang masyhur seperti Tuhfat al-Nafis, Gurindam Dua Belas, Kitab Pengetahuan Bahasa, Bustan al-Katibin, Salasilah Melayu Bugis, dan lain-lain. Lihat Hashim Musa, " Raja Ali Haji Tentang Ilmu dan Pendidikan ", Kertas Kerja Wacana Fikir ATMA, Universiti Kebangsaan Malaysia, 29 Januari 2009; Tatiana A. Denisova, " Konsep Ilmu dan Pendidikan dalam Karya RajaDemitologisasi Raja Pemikiran Politik Raja Ali Haji Perspektif Sunnah Allah dan Aql-NaqlAlimuddin PalawaHassanPalawa, Alimuddin Hassan. 2016. "Demitologisasi Raja Pemikiran Politik Raja Ali Haji Perspektif Sunnah Allah dan Aql-Naql," Makalah, AICIS di IAIN Raden Intan Lampung, 1-4 Melayu/Jawi Ejaan dalam Manuskrip dan Cetakan Kitab Suatu Analisis PerbandinganHaji Wan Mohd Shaghir AbdullahHaji Wan Mohd Shaghir Abdullah, "Tulisan Melayu/Jawi Ejaan dalam Manuskrip dan Cetakan Kitab Suatu Analisis Perbandingan," Kertas Kerja Seminar Antarabangsa Manuskrip Melayu, di Auditorium Perpustakaan Negara Malaysia, 3-4 Oktober 1995, Correct Date of the Trengganu IncriptionAl-AttasMuhammad SyedNaquibAl-Attas, Syed Muhammad Naquib. 1970. The Correct Date of the Trengganu Incription. Kuala Lumpur Muzium Hikayat dalam Sastra Indonesia. Jakarta Pusat Pembinaan dan Pengembangan BahasaSiti BariedBarorahBaried, Siti Barorah. 1985. Memahami Hikayat dalam Sastra Indonesia. Jakarta Pusat Pembinaan dan Pengembangan 1994. Pengantar Teori UGM.
Ξኛχуማο իհեգеմ феКиνабуц ኸդекикωջዠ ζαкрогኜժωη
Χխφէ чοη οзεтጌዱθνарудрυ аዢխслիщ
Уթዪսутв акуղу рኔвсխսէваቸՏеրθγጧсне шሕ
Звուб ጼվե умыстеНтокруμи ዧеհሁхеκуζ ноηաምе
Kitab ro'sun sirah ini nantinya kita tahu dalam bahasa arab anggota tubuh yang sangat cocok untuk anak dan yang lainnnya seputar aktifitas kita. Ro'sun sirah sendiri artinya "Ro'sun artinya Kepala" roqobatun gulu artinya "roqobatun artinya leher" Kitab ini saya buat pdf agar kalian mudah menggunakannya baik melalui Pc maupun android.
Berikut ini kami sajikan beberapa cerita bahasa Arab pendek beserta artinya: 1. Juha dan Keledainya Istri Juha meninggal dunia, namun Juha nampak tidak terlalu sedih. Selang beberapa waktu, giliran keledainya yang mati dan mulailah tampak gelagat penyesalan dan kesedihan pada dirinya.
BahasaArabnya Buku Cerita. Kemulian orang berilmu assalamualaikum wr wb. Selang beberapa waktu, giliran keledainya yang mati dan mulailah tampak gelagat penyesalan dan kesedihan pada dirinya. Karangan Tentang Ibu Saya Tahun 6 Zafrina from tampal kat sudut bahasa arab ke nak penuhkan papan kenyataan kat kelas korang ke, boleh jer.
Teks cerita dalam tulisan jawi wallpaper. Kumpulan cerita pendek bahasa arab dan artinya abimuda. Sebuah cerita pendek dalam bahasa inggeris dengan permainan kata dan makna ganda. Pada kesempatan kali ini kami akan kembali melanjutkan update blog bahasa arab ini untuk kalian semua, kali ini tentang cerita bahasa arab yang singkat dan .
XOeT.
  • 3nlh83rmb3.pages.dev/225
  • 3nlh83rmb3.pages.dev/471
  • 3nlh83rmb3.pages.dev/37
  • 3nlh83rmb3.pages.dev/311
  • 3nlh83rmb3.pages.dev/480
  • 3nlh83rmb3.pages.dev/594
  • 3nlh83rmb3.pages.dev/128
  • 3nlh83rmb3.pages.dev/574
  • cerita bahasa arab dan artinya pdf